Jumat, 05 April 2013

Makalah bilangan Cacah



MAKALAH
BILANGAN CACAH
MATA KULIAH TEORI BILANGAN


OLEH :
MEZI HADIYATI
MAT 12B

DOSEN PEMBIMBING : HANA ADHIA S.Si M.Pd
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN
FKIP/PENDIDIKAN MATEMATIKA
2013
HIMPUNAN BILANGAN ASLI
Himpunan bilangan cacah biasanya dilambangkan dengan :
C : { 0,1,2,3,4,… }
Bilangan nol dapat didefinisikan sebagai “ bilangan cardinal” dari suatu himpunan kosong yaitu himpunan yang tidak mempunyai sama sekali anggota, jadi n (Ø) = 0.
A.    Defenisi dan sifat-sifat bilangan cacah
Himpunan bilangan asli merupakan himpunan bagian dari himpunan bilangan cacah, maka definisi dan sifat-sifat yang terdapat dalam himpunan bilanga asli juga berlaku untuk bilangan cacah.
Sifat-sifat bilangan cacah yang tidak terdapat pada bilangan asli adalah :
§  Sifat 1.1          : Sifat identitas penjumlahan
Apabila a bilangan cacah, maka a + 0 = 0 + a. 0 disebut elemen netral atau elemen identitas penjumlahan.
§  Sifat 1.2          : Sifat perkalian dengan 0
            Apabila a bilangan cacah, maka a x 0 = 0 x a
§  Sifat 1.3          :  Distributive perkalian terhadap pengurangan
            Apabila a,b dan c bilangan cacah, dan b lebih besar atau sma dengan c ( b ≥ c), maka a (b – c ) = ab – ac.
§  Sifat 1.4          : Sifat asosiatif persamaan
a.      Apabila a,b dan c bilangan cacah, dan b ≥ c, maka ( a+ b ) – c = a + ( b – c )
b.     Apabila a,b,c dan d bilangan cacah, a ≥ b dan b ≥ d, maka ( a + b ) – ( c + d ) = ( a – c ) + ( b – d )


§  Sifat 1.6          :
            Apabila a dan b bilangan cacah, b ≠ 0, maka terdapat bilangan cacah lainnya q dan r sehinnga : a = bq + r. dimana 0 ≤ r < b
Contoh :
a.      Misalkan : a = 47
      b = 7
maka, 47 = 7 x 6 + 5, dimana q = 7 dan r = 5
b.     Misalkan : a = 54
      b = 9
            maka, 54 = 9 x 6 + 0, dimana q = 6 dan r = 0
B.    Sifat – sifat membagi dengan nol
Bilangan 0 memengang peranan khusus dalam operasi pembagian, seperti halnya dengan bilangan cacah lainnya, apabila 0 dibagi dengan bilangan cacah lainnya yang bukan 0 akan menghasilkan bilangan cacah yakni 0 sendiri. Sebagai contoh misalnya : 0 x 5 = 0 karena 0 = 0 x 5 ( definisis penbagian). Jadi 0 adalah satu-satunya anggota himpunan penyelesaian dari bilangan 0 dibagi dengan bilangan cacah lainnya selain 0.
C.    Operasi Pemangkatan
Misalkan         : a3 = a x a x a, dimana terdapat 3 faktor a
                   a8 = a x a x a x a x a x a x a x a  terdapat 8 faktor a
Defenisi         
Aapabila a dan n bilangan cacah ( a ≠ 0 ), maka an  adalah hasil yang di                                         peroleh a sebagai kasil kali sebanyak n kali.
        n disebut bilangan eksponen , sedangkan a dinamakan bilangan dasar
Contoh           
 35 dibaca tiga pangkat lima dimana bilangan dasar adalah 3 dan eksponennya     
  adalah 5
D.    Sifat – sifat pemangkatan
1.     Sifat perkalian bilangan berpangkat
Apabila a bilangan cacah ,a ≠ 0 maka am x an = am + n
Contoh :
            a³ x a4 =  a3+4
                               = a7
                         
2.     Sifat pembagian bilangan berpangkat
Apabila a bilangan cacah , a ≠ 0 maka am : an = am-n  
Contoh           
a.      a³: a2 = a3-2
   = a1
b.     a2: a3 = a2-3
   = a-1
( karena -1 bukan bilangan cacah maka himpunan jawabannya adalah himpunan kosong atau dengan perkataan lain tidak ada himpunan jawaban)
3.     Sifat distributive pemangkatan terhadap perkalian
Apabila a,b dan c bilangan cacah maka ( a x b )n = an x bn
Contoh           
            ( a x b )5 = a5 x b5

4.     Sifat distributive pemangkatan terhadap pembagian
Apabila a,b dan c bilangan cacah, maka ( a : b )c = ac : bc
Contoh
            ( a x b )3 = a3 x b3
5.     Sifat pemangkatan berganda
Apabila a,b dan c bilangan cacah, maka ( ab)c = ab.c
Contoh
            ( a4)3 = a4.3
                     = a12
E.    Sifat – sifat bilangan nol dalam pemangkatan
1.     Apabila a adalah bilangan cacah, a≠ 0 maka 0a = 0
Bukti  
Menurut definisi 0a = 0 x 0 x 0 x 0 . . . x 0 ( a factor). Hasil perkalian berganda ini adalah 0. Jadi 0a = 0
2.     Apabila o adalah bilangan cacah, a ≠ 0, maka a0 = 1.
Bukti
Perhatikan pembagian ab : ab  karena pembagi dan yang dibagi adalah sama, maka hasilnya adalah sama dengan 1, jadi a0 = 1
3.     Apabila a adalah bilangan asli, a ≠ 0, maka a1 = a
Bukti
            Perhatikan ab + 1 dan ab
            ab+1 : ab = ( ab x a1 ) : ab
                         = a
Menurut sifat : ab+1 : ab = a1 , jadi a1 = a
4.     00 tidak didefinisikan
Bukti
            Perhatikan ab : ac = ab-c . . . . . . (1)
            Sekarang kita misalkan a = 0 dan b = c = 0, maka (1) menjadi
            0b : 0c = 0b-c
                       = 00-0 = 00
Karena menurut sifat 0b = 0 dan 0c = 0 maka 0b : 0c = 0 : 0 = 00 jadi pembagian dengan nol menghasilkan tidak terdefinisi.
F.     Bilangan Prima dan Bilangan Komposit
Defenisi 1 :
            Suatu bilangan asli p, p > 1 dinamakan bilangan prima jika dan hanya jika p mempunyai factor 1 dan p sendiri.
Defenisi 2 :
            Suatu bilangan asli q, dinamakan bilangan komposit, jika dan hanya jika q mempunyai lebih dari dua factor yaitu factor 1 dan dirinya sendiri.
Setiap bilangan komposit positif dapat diuraikan menjadi perkalian bilangan prima, misalnya :
20 = 2 . 2 . 5
136 = 2 . 2 . 2 . 17
Untuk menentukan bilangan prima, Erasthothenes ( 200 BC ) seorang ahli matematika bangsa yunani, memperkenalkan suatu  cara yabg dikenal dengan nama “ saringan erasthothenes “  Erasthothenes melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
1.     Mula – mula disusun suatu barisan bilangan mulai dari 1 sampai 100
2.     Pertama-tama dicoret 1, karena 1 bukanlah bilangan prima
3.     2 adalah bilangan prima, lalu semua kelipatan 2 dicoret karena bukan bilangan prima.
4.     3 adalah bilangan prima lalu semua kelipatan 3 dicoret
5.     5 adalah bilangan prima lalu kelipatan 5 dicoret
Demikianlah seterusnya sehingga akhirnya akan diperoleh semua bilangan prima yaitu semua bilangan yang tidak dicoret.
Pierre de fermat (1601 – 1665) ahli matematika perancis menggunakan formula :
Fn = 22n + 1
Untuk memperoleh bilangan prima, tetapi ternyata formula ini hanya berlaku untuk n < 5
F0 = 22 + 1 = 21 + 1 = 3
F1 = 22.1 + 1 = 22 + 1 = 5
F2 = 22.2 + 1 = 24 + 1 = 17
F3 = 22.3 + 1 = 257
F4 = 22.4 + 1 = 65.537
§  Sifat 2.1
            Bilangan prima banyaknya tidak terhingga
Bukti
            Misalkan banyaknya bilangan prima adalah terhingga, jadi terdapat  suatu bilangan prima yang terbesar
2 . 3 + 1 = 7
2 . 3 . 5 + 1 = 31
2 . 3 . 5 . 7 + 1 = 211
2 . 3 . 5 . 7 . 11 + 1 = 2311 dan seterusnya
Misalkan n adalah bilangan prima yang terbesar dan :
N : 2 . 3 . 5 . 7 . 11 . 13 . . . n + 1
§  Sifat 2.2
Apabila 2n – 1 adalah bilangan prima, maka n adalah bilangan prima ( Euclides )
Contoh :
1.     Misalkan 22 – 1 = 3 bilangan prima, maka 2 adalah bilangan prima
2.     27 – 1 = 127 adalah bilangan prima , maka 7 adalah bilangan prima
3.      26 – 1 = 63 bukan bilangan prima, maka 6 bukan bilangan prima


G.   Bilangan Sempurna
Defenisi
            Suatu bilangan asli, dimana jumlah factor – factor murninya sama dengan bilangan itu sendiri, maka bilangan itu dinamakan bilangan sempurna.
Contoh :
            6 = 1 + 2 + 3
Jadi 6 adalah bilangan sempurna, karena jumlah factor – faktornya murni 1 , 2 dan 3 adalah sama dengan 6
§  Sifat 3.1
Apabila 2n-1 adalah bilangan prima, maka 2n-1 (2n – 1 ) adalah bilangan sempurna.
Bukti
            Digunakan metode induksi
1 + 2 = 3 = 22 – 1
 1 + 2 + 22 = 7 = 23 – 1
1 + 2 + 22 + 23 = 15 = 24 – 1
……………………………
…………………………....
1 + 2 + 22 + 23 . . . + 2n – 1 = 2n – 1
Karena 2n – 1 = p  adalah bilangan prima maka harus dibuktikan bahwa 2n-1 p adalah sama dengan jumlah factor – factor murninya. Jumlah factor murninya adalah :
= 1 + 2 + 22 + 23 + . . . + 2n-1 + p ( 1 + 2 + 22 . . . + 2n-2 )
= 2n-1 p ( 2n-1 – 1 )
= p. p ( 2n-1 – p )
= 2n-1 p
Jadi, 2n-1 ( 2n – 1 ) adalah bilangan prima

H.    Bilangan Bersahabat
 Defenisi
             Dua bilangan disebut bilangan bersahabat, apabila bilangan yang pertama sama dengan jumlah pembagi murni bilangan kedua, dan bilangan kedua sama dengan jumlah pembagi murni bilangan pertama.
Contoh  : 220 dan 284
Jumlah pembagi murni dari 220 adalah :
1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 22 + 44 + 55 + 110 = 284
Jumlah pembagi murni dari 284 :
1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220
Jadi 220 dan 284 adalah pasangan bilangan bersahabat
Pada abad ke 19 matematician menemukan dua conjecture lagi yang dikenal dengan “ Goldbach’s Conjecture “ yaitu :
a.      Setiap bilangan genap yang lebih besar dari 4 adalah jumlah dari dua bilangan prima
Contoh :
            6 = 3 + 3
            8 = 3 + 5
            10 = 5 + 5 = 3 + 7
            12 = 5 + 7
            14 = 7 + 7 = 3 + 11
b.     Setiap bilangan ganjil yang lebih besar atau sama dengan 9 adalah jumlah dari tiga bilangan prima
Contoh
            9 = 3 + 3 + 3
            11 = 3 + 3 + 5
            13 = 5 + 5 +3 = 3 + 3 + 7
            17 = 3 + 3 + 11 = 5 + 5 + 7 = 3 + 7 + 7
Sampai sekarang belum ada yang dapat  membuktikan conjecture ini benar atau salah. 

           

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar